My photo
Tangerang, Banten, Indonesia

Blog Archive


Wednesday, December 19, 2007

How to Love

Teman-teman,

Kesaksian ini mungkin bukan suatu hal yang 'wow', but di sini saya dikuatkan dengan sungguh. It's about how to love...

Sebagai pengikut-Nya, kita diminta untuk melaksanakan hukum-Nya yang paling mendasar yang bahkan akan disebut sebagai ciri orang Kristen, yakni hukum Kasih.

Seringkali orang berpikir bahwa kasih adalah melulu soal perasaan, dan keluar dari kemampuan kita semata, tetapi benarkah demikian?

Buku "Aku Percaya akan Kasih Allah" oleh St. Theresia de Liseux memberikan gambaran mengenai itu. Kasih adalah bukan soal perasaan, namun lebih kepada perbuatan, tindakan. Dan kasih itu akan terimplementasi secara sempurna - seperti apa yang dikehendaki Allah - hanya jika kita bergantung penuh pada-Nya, melekat kuat pada-Nya. Karena saat kita mengasihi, sesungguhnya, Allahlah yang memampukan kita. St. Theresia menyatakan bahwa semakin erat hubungannya dengan Allah, semakin dia mencintai suster-susternya. Begitupun dengan kita, semakin dekat kita dengan Allah, semakin menyatu kita dengan-Nya, semakin mampu kita mengasihi sesama.

Dalam hidup, kita - tidak mungkin tidak - seringkali atau paling tidak pernah menjumpai, dan berurusan dengan orang yang tidak cocok dengan kita yang kadang kala membuat kita kesal, bahkan tidak ingin sekedar melihat wajahnya. Well, itu manusiawi. But saya pikir, kemanusiaan kita seharusnya tidak kita biarkan menjadi penghalang untuk melaksanakan kehendak Allah. But masalahnya, mampukah kita?

Hal itu seringkali menjadi pergumulan saya sebelum saya menyadari kedua hal penting yang diungkapkan oleh St. Theresia de Liseux di atas.
Saya pun ndak menyangkal bahkan diri saya sendiri mungkin menjadi batu sandungan bagi orang lain dalam hal mengasihi ini (saya mohon didoakan agar Allah mengampuniku).

Apa yang dialami oleh St. Theresia de Liseux saat menghadapi hal serupa? Di masa hidupnya, dia memiliki seorang suster yang sebenarnya tidak berkenan di hatinya, dan rasanya sulit sekali St. Theresia untuk mengasihinya. Tetapi oleh hikmat Allah, dia mengetahui bahwa mengasihi bukanlah sekedar soal perasaan, tapi perbuatan! Setiap kali dia bertemu dengan susternya ini, dia selalu bersikap ramah dan selalu mendoakannya, walaupun kadang kala hatinya tidak sejalan. Dia pun mengakui kadang dia harus melarikan diri disaat kemanusiaannya tidak sanggup untuk mengasihi susternya ini. Tetapi saat dia ber'jumpa' kembali dengan Kristus, dia dikuatkan untuk selalu berbuat kasih terhadap susternya ini dan menyangkal dirinya sendiri.

Puji Tuhan, Allah memaklumi kekurangan kita semua. Dia menyediakan diri-Nya sebagai kekuatan kita dalam mengasihi sesama kita. Sungguh, kita tidak dapat mengasihi secara sempurna dari diri kita sendiri, walaupun kita berpotensi untuk mengasihi sesama kita, walaupun benih kasih sudah ada di dalam hati kita, but, kita tidak memiliki power untuk tetap menghidupkan cinta kasih itu karena kelemahan kita, keegoisan kita, kepahitan hidup, ketidakmampuan mengendalikan diri dan ketidakmampuan selalu berpikir bijaksana.

Yesus pernah berkata, kalau Dia adalah Pokok Anggur dan kita ranting-rantingnya (Yoh.15: 1-5):

1. Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.

2. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.

3. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.

4. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.

5. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.


See friends? Kebenarannya adalah di luar Dia, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Dia adalah kekuatan kita dalam mengasihi sesama. Dia telah memberikan perintah baru yang sempurna, tentunya Dia menyediakan kekuatan yang memampukan kita melakukan itu, yakni Dia sendiri.

Marilah dengan memohon rahmat kekuatan-Nya, kita senantiasa menyediakan diri untuk mengasihi sesama kita sebagai wujud nyata kasih kita kepada-Nya. Marilah kita berdoa: "Father, give us Your heart so we can love everyone the way You love us."

Amin.

1 comment:

cKAja said...

bagus artikelnya
trims