"…Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibr. 13:5b)
Pernahkah kita memikirkan betapa banyak tanda kasih-Nya. Kasih Allah bagai matahari yang selalu menyinari sisi-sisi kegelapan kita, sejauh apapun kita bisa berlari dan menyembunyikan diri dari matahari itu, matahari itu tetap ada bagi kita, tetap bersedia tanpa syarat untuk memberikan sinarnya. Tanpa kita sadari, dia tidak tergantung kepada kita, tetapi kitalah yang tergantung padanya. Apa jadinya kehidupan ini tanpa matahari?
Seringkali kita menyembunyikan diri terhadap-Nya, tetapi Dia tidak pernah sekalipun menyembunyikan diri terhadap kita. Berkali-kali kita telah menyakiti, menolak dan menjauhkan diri dari-Nya, tetapi kita tidak dapat menyembunyikan diri dari hadapan-Nya, dari kasih-Nya. Kasih-Nya tetap berlaku bagi kita, bagaimanapun keadaan kita. Saat kita menjauh, kasih itu tetap eksis untuk kita terima atau kita tolak. Saat kita meninggalkan-Nya, janji-Nya adalah tetap setia “…Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”
Daud dalam mazmurnya menyadari hal ini. Dia mengalami bahwa Allah senantiasa bersamanya. Ke manapun dia berlari menjauhi-Nya, Allah tetap menyertainya, mengasihi dan menuntunnya.
139:7 Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?
139:8 Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau.
139:9 Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut,
139:10 juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.
139:11 Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,"
139:12 maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang. (Mzm. 139:7-12)
Kasih-Nya tidak tergantung atas sikap dari kehendak bebas kita, dari pilihan-pilihan hidup kita. Kasih-Nya kekal dan konsisten. Dia adalah Kasih, karena itu segala tindakan-Nya tidak lain hanya mengasihi dalam arti yang nyata. Keberdosaan kita bukanlah alasan-Nya untuk tidak mencintai setiap kita. Tidak seorangpun atau sesuatupun yang bisa memisahkan kita dari kasih Allah (Rm. 8:39). Ke manapun kita berlari, apapun yang kita lakukan tidak bisa menghentikan-Nya untuk mengasihi kita. Kasih-Nya adalah senjata dan sikap perang-Nya terhadap dosa. Menerima kasih-Nya adalah jaminan keselamatan bagi setiap kita. Menerima kasih-Nya berarti membiarkan diri kita diampuni, dipulihkan dan dibimbing oleh-Nya dalam iman dan memperoleh anugerah keselamatan, tetapi sebaliknya, menolak-Nya adalah kematian kekal.
Saat kita menjauh dari matahari, hanya kegelapan dan tentunya kehilangan manfaat dari sinarnya, namun, saat kita menerimanya, dia akan menerangi dan memberikan manfaatnya bagi kita.
No comments:
Post a Comment