Oleh: Fr. Vincentius Elia, CSE
Ada 6 anugerah Roh Kudus dalam teks asli Ibrani Yes 11:2-3 (yang diterjemahkan oleh LAI), "Roh Tuhan akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan Tuhan; ya, kesenangannya ialah takut akan Tuhan", tetapi LXX (terjemahannya dalam bahasa Yunani) dan Vulgata (terjemahan Latin) membaca "takut akan TUHAN" yang pertama dengan pietas (kesalehan), sehingga menjadi 7. Angka 7 dalam Kitab Suci menunjukkan kepenuhan/ kesempurnaan. Anugerah Roh Kudus yang sebenarnya lebih banyak dari 7
Orang Kristen tidak wajib memiliki karisma membuat mukjizat atau karisma lainnya (1 Kor 12:8-10), tetapi perlu memiliki 7 karunia ini demi keselamatan jiwanya. Mengapa? Karena orang tidak dapat berbuat banyak dengan kemampuannya sendiri.
Tujuh karunia Roh Kudus ini dapat dibandingkan dengan layar dan angin yang menggerakkan perahu layar. Orang, tanpa karunia Roh Kudus (tanpa layar & angin), dapat saja mendayung perahu kehidupan melalui samudera menuju hidup kekal. Tetapi dengan cara demikian kapan ia sampai ke pantai surga? Jangan-jangan dia sudah kehabisan tenaga dan tidak sanggup lagi meneruskan perjalanan. Perahu kehidupan akan maju jauh lebih cepat dan lebih ringan dengan adanya layar (lambang 7 karunia Roh Kudus) yang didorong oleh angin Roh Kudus. Tujuh karunia Roh Kudus ini menyempurnakan kemampuan-kemampuan manusiawi seseorang sehingga ia dapat bertindak secara ilahi. Inilah sebabnya mengapa kita membutuhkan karunia Roh Kudus.
Tujuh karunia Roh Kudus memperkuat 3 keutamaan teologal (karunia hikmat & pengenalan memperkuat iman/faith; karunia takut akan Tuhan memperkuat harapan/hope; karunia kebijaksanaan memperkuat kasih/love/charity) dan 4 keutamaan moral pokok (karunia nasihat memperkuat kebijaksanaan/prudence; karunia kesalehan memperkuat keadilan/justice; karunia takut akan Tuhan memperkuat kesederhanaan/temperance; karunia keperkasaan memperkuat kekuatan/fortitude).
I. Karunia Roh Hikmat/Kebijaksanaan (the Gift of Wisdom)
Manfaat:
Karunia Kebijaksanaan membantu kita untuk lebih banyak berpikir tentang Allah dan hidup rohani.
1. Karunia kebijaksanaan membantu kita mengetahui kehendak Allah.
Karunia kebijaksanaan memampukan kita untuk berpikir, berkata, berkarya sesuai dengan kehendak Allah. Karunia ini memberikan kita sudut pandang yang lebih luas dan lebih dalam daripada sudut pandang manusiawi kita.
Ia membantu kita menemukan diri kita sendiri: bakat-bakat, keterampilan-keterampilan, dan akan menjadi apa kita (contoh: menikah dengan siapa, masuk tarekat mana, pilih pekerjaan apa, pilih kuliah apa, dsb.).
Ia membantu kita memutuskan lebih berdasarkan pada cinta kepada Allah dan sesama daripada kecenderungan alamiah egoisme kita.
Ia membantu kita memutuskan bukan hanya berdasarkan kebuTuhan kita, melainkan juga berdasarkan kebutuhan orang lain.
Ia membantu kita melihat bahwa kita dipanggil untuk orang lain, terlepas dari siapakah kita atau pilihan yang kita buat.
Ia membantu kita menerima kehendak Allah, termasuk salib-salib kita.
Ia membantu kita mengerti bahwa Allah menghendaki agar kita memakai bakat-bakat kita untuk melayani Dia dan sesama.
2. Memberikan kita cara berpikir injili.
Yesus berdoa kepada Bapa-Nya, "Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka daripada yang jahat. Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia" (Yoh 17:14-18).
Kita bukan "milik dunia", melainkan kita "diutus ke dalam dunia" untuk hidup menurut Sabda Tuhan dan menjadi saksi kebenaran. Karunia kebijaksanaan membantu kita melakukan hal ini, sungguh-sungguh "dalam dunia" tetapi bukan "milik dunia". Kita dipanggil berada di dalam dan untuk dunia, sebagaimana Kristus berada di dalam dan untuk dunia. Dengan perkataan lain, kita harus hidup sebagaimana Kristus telah hidup; kita harus menjadi murid Kristus.
3. Meningkatkan keutamaan cinta kasih sampai kepada cinta kasih heroik.
Dengan dilepaskan dari keterbatasan manusiawi, dapat berkembang cinta kasih yang heroik. Jiwa mencintai Allah dengan kasih yang murni; jiwa mencintai Allah demi Allah sendiri, bukan demi dirinya sendiri. Mereka tidak meninggalkan harapan mereka untuk surga; mereka menginginkannya lebih dari sebelumnya, tetapi mereka menginginkannya terutama karena di sana mereka akan dapat mencintai Allah dengan intensitas yang lebih besar. Dengan Karunia Kebijaksanaan, para kudus mencintai sesama dengan cinta yang heroik.
Persiapan Diri Untuk Menerima Karunia Kebijaksanaan
a. Dengan mengevaluasi semua hal dari sudut pandang Allah
Kita harus menjauhi kebiasaan menilai segala sesuatu dari sudut pandang manusiawi. Orang yang maju rohaninya menerima semua peristiwa dalam hidupnya, apakah menyenangkan atau menyakitkan, dengan roh yang tenang. Jika kejadian itu menyakitkan atau tidak adil, mereka masih dapat melihat nilai rohani dari pengalaman semacam itu, sebagai sarana pemurnian dan tobat. Karya-karya yang paling kecil dilihat dalam terang Ilahi. Meskipun mereka sadar akan kekurangan orang lain, mereka lebih sadar lagi akan ketidaksempurnaan mereka sendiri.
b. Dengan melawan kebijaksanaan dunia, yang merupakan kebodohan dalam mata Allah.
Banyak contoh-contoh dalam hidup para kudus di mana Karunia Kebijaksanaan menyebabkan mereka melakukan tindakan-tindakan yang bodoh dalam mata dunia, tetapi bijaksana dari sudut pandang Ilahi. Yesus sendiri mengajarkan bahwa kita harus siap untuk berlawanan dengan dunia.
c. Dengan melepaskan diri dari ikatan-ikatan duniawi yang menjauhkan manusia dari Allah.
Dalam hal ini kita berbicara tentang tujuan dan sarana. Bila segala sesuatu di luar Allah menjadi tujuan dan bukan sarana menuju Allah, berarti jiwa diselewengkan dari orientasinya kepada Allah. Kekayaan, kesenangan, jabatan, kekuasaan itu bukanlah tujuan hidup kita; semuanya itu adalah sarana untuk mengabdi Allah dan sesama.
d. Dengan menerima baik hiburan maupun kekeringan rohani.
Tuhan membimbing jiwa-jiwa kepadanya dengan menganugerahkan penghiburan (konsolasi) rohani dan kekeringan (desolasi). Keduanya mendorong jiwa untuk mencari Allah. Setelah mengalami manisnya tiba waktunya hiburan-hiburan ini diangkat dan jiwa diuji, dimurnikan, dan dikuatkan dalam cinta. Kekeliruan yang umum ialah jiwa mencintai hadiah/pemberian daripada pemberinya, dan karena itu Allah menarik hiburan-hiburan agar jiwa siap untuk melangkah menuju fase lain dari perkembangan rohani (mencintai Allah sendiri, Sang Pemberi segalanya).
Di sini orang harus berjuang dengan kehendak yang teguh untuk mengabdi Allah dengan harga berapa pun. Mencintai dan melayani Allah dalam kegelapan dan kekurangan/penderitaan merupakan sebuah bukti yang jauh lebih besar akan kemurnian seseorang daripada mencintai Dia dalam keadaan senang. Dengan demikian, jiwa menerima baik hiburan maupun kekeringan rohani.
II. Karunia Roh Pengertian (the Gift of Understanding)
Manfaat:
Karunia pengertian membantu kita mengerti kebenaran iman
1. Karunia pengertian menerangi kebenaran Kitab Suci.
Inilah yang Allah kerjakan kepada para murid di Emaus ketika Dia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci (Luk 24:45).
Banyak orang kudus menemukan panggilan mereka karena Karunia Pengertian yang menerangi kebenaran Kitab Suci: "Aku hendak menyanyikan kasih setia Tuhan selama-lamanya" (Mzm 89:2) dari St. Teresa Avilla; "Siapa yang tak berpengalaman, singgahlah kemari" (Ams 9:4) dari St. Teresia dari Lisieux; "Terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia" (Ef 1:6) dari St. Elisabet dari Trinitas.
Tanpa karunia pengertian, tidak mungkin orang menerima dan menjalani paradoks Injil, seperti: orang kaya itu miskin dan orang miskin itu kaya. Dalam konteks dunia modern, kata-kata ini jelas omong kosong. Hanya karunia pengertian memungkinkan orang melihat kebenaran dalam paradoks Injil.
Karunia pengertian mendorong kita untuk menggunakan akal sehat dalam membaca Kitab Suci, agar terhindar dari kebodohan. Karunia ini bukan magis, ia mirip dengan suatu talenta alamiah; ia tidak berkembang secara otomatis, ia perlu dilatih dan dikembangkan. Untuk menggunakan karunia ini diperlukan ketekunan mempelajari Kitab Suci.
2. Membantu kita membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Karunia pengertian adalah cara melihat dan berpikir dalam terang iman. Karunia pengertian, seperti karunia kebijaksanaan, adalah suatu cara untuk melihat dengan hati, bukan hanya dengan rasio kita. Karunia ini membantu kita untuk hidup dengan mempergunakan hati dan rasio. Dalam hutan hidup modern (bidang politik, bisnis, teknologi, seni, dll), Karunia pengertian membantu kita memandang semua hal itu menurut Sabda Tuhan.
3. Membantu kita melihat Allah di mana-mana.
Karunia pengertian memampukan kita untuk melihat kehadiran Allah dalam hidup kita. Karunia ini membantu kita untuk mengenali yang kudus dalam hal-hal yang biasa. Ia juga menolong kita melihat kehadiran Allah dalam alam semesta.
Karunia pengertian memampukan kita untuk melihat orang lain sebagaimana Allah melihat mereka dan bukan sebagaimana dunia melihat mereka, yaitu bahwa setiap manusia itu berharga di mata Allah. Ia membantu kita mengerti kehadiran Allah dalam diri orang-orang yang tidak disukai.
Karunia pengertian membantu kita mengerti misteri transendensi Allah (Allah yang jauh melampaui ciptaan). St Tomas Aquinas mengatakan bahwa hal pertama yang perlu kita katakan tentang Allah ialah bahwa kita tidak dapat mengatakan apa-apa tentang Dia. Pada saat yang sama, Karunia Pengertian membantu kita menunjukkan imanensi Allah (kehadiran Allah dalam ciptaan; Allah itu dekat), sebagaimana yang dikatakan oleh St. Agustinus bahwa Allah lebih dekat kepada diri kita daripada kita sendiri. Karunia Pengertian membantu kita memahami baik transendensi maupun imanensi Allah.
4. Membantu kita mengetahui Yesus sebagai Allah dan manusia.
Karunia pengertian membantu kita mengerti misteri inkarnasi dengan semua artinya. Hal ini bukanlah perkara kecil. Lebih mudah bagi kita untuk percaya bahwa Yesus adalah Allah yang menyamar sebagai manusia atau manusia yang begitu suci sehingga kelihatannya Ilahi. Hanya dengan Karunia pengertian kita dapat menerima, dengan semua implikasinya, bahwa Yesus adalah satu pribadi dengan dua kodrat, yang tidak tercampur sekaligus tidak terpisah. Karunia pengertian membantu kita menerima secara penuh baik kemanusiaan Yesus maupun keilahian-Nya. Keempat pengarang Injil menerima karunia ini dan melukiskan Yesus sebagai Allah dan manusia di dalam tulisan mereka.
5. Membantu kita menjadi milik Gereja.
Gereja Katolik mengajarkan bahwa iman kepada Yesus mencakup pula keanggotaan dari komunitas iman. Seseorang tidak bisa menerima Yesus sebagai penyelamatnya dan menolak menjadi anggota gereja. Iman Katolik membutuhkan keanggotaan yang aktif di dalam Gereja. Iman kepada Kristus adalah satu dengan keanggotaan Gereja karena Gereja adalah umat Allah, Tubuh Kristus. Karunia pengertian memungkinkan kita melihat hubungan vital antara iman dan Gereja.
Persiapan diri Untuk Menerima Karunia Pengertian
a. Keheningan batin.
Roh Kudus berbicara kepada jiwa dalam keheningan dan kesunyian. Jiwa yang bersahabat dengan kesenangan-kesenangan dan keduniawian tidak akan pernah menerima Sabda Allah dalam batinnya. Adalah perlu untuk mengosongkan hati seseorang dari benda-benda ciptaan dan tinggal di hatinya dengan tamu ilahi. Ketika jiwa telah melakukan semua hal untuk melepaskan diri dari dunia, Roh Kudus akan melakukan yang selanjutnya.
b. Kemurnian terhadap rahmat.
"Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan." (Ef 4:30). Selain tidak mendukakan Roh Kudus, jiwa juga harus dapat berkata bersama Kristus, "Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya" (Yoh 8:29).
III. Karunia Roh Nasihat (the Gift of Counsel)
Manfaat:
Karunia nasihat memampukan kita untuk menilai secara tepat dari sudut pandang tujuan tertinggi dan pengudusan pribadi apa yang harus dilakukan dalam kasus-kasus khusus sehingga kita memilih yang benar dalam pelbagai kemungkinan.
1. Karunia nasihat membantu kita untuk terbuka terhadap bimbingan Roh Kudus.
St. Tomas Aquinas mengatakan bahwa kita menerima karunia nasihat untuk membantu kita bertindak "dalam situasi-situasi khusus". Iman Kristen kita pertama-tama adalah realitas hubungan pribadi dan komunal dengan Yesus yang bangkit. Kita membutuhkan karunia nasihat untuk membantu kita menegaskan bagaimana menghidupi relasi ini dalam situasi-situasi khusus.
2. Melindungi manusia dari bahaya hati yang sesat.
Karunia ini sangat berguna khususnya untuk para teolog moral, pembimbing rohani, bapa pengakuan, pengkhotbah, dll.
3. Memberikan solusi bagi problem yang sulit.
Solusi itu bisa berlawanan dengan kebijaksanaan manusia. Namun, karena berasal dari Roh Kudus, maka solusi itu selalu benar.
4. Menginspirasikan para atasan cara-cara yang paling tepat untuk mengatur orang lain.
Karunia ini diperlukan oleh para pemimpin religius, pembimbing rohani, orang tua.
Persiapan Diri Untuk Menerima Karunia Nasihat
a. Kerendahan hati,
supaya mengenali kelemahan dan kebodohan dirinya sendiri, dan selanjutnya meminta pertolongan Roh Kudus untuk terang dan bimbingan.
b. Refleksi dan kesabaran,
menyadari bahwa dalam situasi-situasi tertentu semua usaha manusia tidak cukup dan bahwa hanya Roh Kudus sendiri yang dapat melakukannya dalam kita. Namun, kita harus menanti Tuhan yang selalu menolong kita pada saat yang tepat.
c. Mendengarkan suara Tuhan,
menghindari kegaduhan dunia dan melakukan doa batin.
d. Ketaatan,
karena tidak ada yang mencegah Roh Kudus berkarya dalam diri kita selain roh kita sendiri yang mau bebas dan tidak patuh.
IV. Karunia Roh Keperkasaan (the Gift of Fortitude)
Manfaat:
Karunia keperkasaan menguatkan kita untuk melakukan keutamaan/kewajiban dan tetap beriman/setia walaupun ada kesulitan.
1. Karunia keperkasaan memberikan jiwa kekuatan untuk melakukan keutamaan-keutamaan.
Meskipun menemukan tantangan/hambatan/kesulitan, jiwa tetap maju mempraktekkan keutamaan-keutamaan.
2. Mengatasi kesuaman dalam melayani Tuhan.
Kesuaman menghambat banyak orang di jalan menuju kesempurnaan. Jiwa-jiwa yang suam berpikir bahwa diperlukan banyak sekali usaha untuk mengalahkan diri mereka sendiri dalam banyak hal dan untuk menjaga semangat mereka dari hari ke hari dalam melaksanakan kewajiban sehari-hari yang monoton. Mayoritas dari jiwa-jiwa semacam itu menyerah kepada kelelahan dan meninggalkan pertempuran. Mereka melupakan dan mengabaikan pengejaran kesempurnaan. Hanya Karunia Keperkasaan, yang menguatkan jiwa, merupakan obat mujarab terhadap kesuaman dalam melayani Allah.
3. Membuat jiwa berani menghadapi bahaya atau musuh.
Hal ini sangat jelas dalam kehidupan para kudus. Contohnya, para rasul sendiri yang sebenarnya adalah orang yang lemah lembut, dan bahkan pengecut ketika meninggalkan Tuan mereka pada malam Jumat Agung, menjadi orang yang gagah berani pada hari Pentekosta. Mereka tidak takut akan seorang pun, mereka berkata, "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia" (Kis 5:29). Mereka mewartakan ajaran Kristus dan memeteraikan kerasulan mereka dengan darah mereka. Semua ini adalah hasil dari karunia keperkasaan.
4. Memampukan jiwa untuk menderita dengan sabar dan sukacita.
Jiwa-jiwa yang suci menanggung penderitaan dan rasa sakit dengan wajah gembira, seperti St. Teresia dari Lisieux.
5. Memberikan jiwa yang heroik baik dalam hal-hal besar maupun hal-hal kecil.
Selain karya-karya yang heroik mengenai penegakkan kebenaran, kejujuran, keadilan, perdamaian, dan sebagainya (bahkan sampai kemartiran), karunia ini juga membantu orang untuk hidup menurut semangat Injil dengan cara yang tidak spektakuler, tersembunyi, dalam hidup yang biasa-biasa saja, seperti St. Teresia dari Lisieux. Bagi banyak orang, ujian keberanian yang paling sulit ialah ketekunan terus menerus dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Salah satu contoh dari karunia keperkasaan dalam cara yang tidak spektakular ialah tempat kerja. Karunia keperkasaan mendorong pekerja untuk bekerja dengan giat, bertanggung jawab, tidak korupsi, dan mendorong para majikan untuk memperhatikan para karyawannya.
6. Membantu kita melawan tren-tren budaya yang tidak baik.
Karunia keperkasaan membantu kita melawan tren-tren budaya yang tidak baik, seperti: menanamkan/menyuntikkan silikon ke bagian-bagian tubuh tertentu agar terlihat lebih menarik, belanja kosmetik, pakaian, parfum secara berlebihan, dll.
7. Mengintegrasikan roh dan tubuh.
Gereja Katolik meyakini bahwa tubuh dan roh manusia itu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Segala sesuatu yang mempengaruhi tubuh juga mempengaruhi roh, demikian pula sebaliknya. Maka, kebiasaan makan kita tidak hanya merupakan masalah fisik saja, tetapi juga merupakan masalah rohani. Salah satu contohnya ialah kerakusan. Kerakusan merupakan salah satu dari 7 dosa pokok; Karunia keperkasaan membantu kita mengatasi kerakusan.
8. Membantu kita untuk teguh di dalam pengharapan terhadap semua tekanan dan mengatasi semua ketakutan-ketakutan kita.
Karunia keperkasaan membantu kita untuk tidak menyerah kepada kesulitan, penderitaan dan kekeringan. Contohnya: ketika suatu masalah/konflik perlu dipecahkan, karunia keperkasaan membantu kita untuk menghadapinya, dan bukan melarikan diri.
9. Membantu kita setia kepada visi kita.
Karunia keperkasaan menolong Wolfgang Amadeus Mozart untuk setia kepada visinya, sehingga orang Katolik ini menjadi seorang musikus besar; begitu pula dengan Vincent van Gogh, Karunia keperkasaan membantunya menjadi pelukis kelas dunia.
10. Mendorong hidup iman yang otentik.
Karunia keperkasaan membantu kita untuk menjalani hidup iman yang otentik. Tanpa Karunia Keperkasaan, manusia sulit untuk beriman. Salah satu contohnya ialah pandangan tentang kematian. Adalah fakta bahwa hidup manusia di dunia ini terbatas; akhir dari kehidupan akan datang; setiap manusia cepat atau lambat pasti akan mati. Dibutuhkan Karunia Keperkasaan untuk menerima kebenaran tentang kematian kita dan selanjutnya hidup setiap hari bukan dengan ketakutan melainkan dengan sukacita.
Persiapan Diri Untuk Menerima Karunia Keperkasaan
a. Membiasakan diri untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban meskipun tidak suka.
Dengan karunia ini kita dapat melakukan jauh lebih banyak daripada apa yang dapat kita lakukan. Dalam hidup para kudus, karunia ini memampukan mereka untuk melakukan karya dan hidup yang heroik. Hal yang perlu diperhatikan ialah bahwa kita harus berdoa seakan-akan semuanya bergantung pada Tuhan, tetapi kita harus berusaha seakan-akan semaunya bergantung pada kita sendiri.
b. Tidak meminta Allah untuk mengangkat salib kita, melainkan kekuatan untuk memikulnya.
Kita harus menyadari bahwa salib itu merupakan pemurnian bagi kita dan perlu untuk pengudusan kita.
c. Penyangkalan diri.
Tujuan dari penyangkalan diri sendiri ialah mengontrol kecenderungan alamiah seseorang terhadap cinta diri yang berlebihan dan memperkuat seseorang terhadap godaan sehingga memungkinkan perkembangan keutamaan.
V. Karunia Roh Pengenalan (the Gift of Knowledge)
Manfaat:
Karunia pengenalan membantu kita menilai secara tepat hal-hal duniawi dalam hubungannya dengan hidup abadi dan kesempurnaan Kristen.
1. Karunia pengenalan mengajar kita menilai dengan tepat benda-benda ciptaan dalam hubungannya dengan Allah.
Karunia pengenalan menyadarkan kita akan kekosongan benda-benda ciptaan dan melihat melalui mereka Allah yang menciptakan mereka.
2. Memampukan kita untuk melihat dengan tepat dan pasti keadaan jiwa kita.
Karunia pengenalan membantu kita menemukan yang baik dan yang jahat dalam hati kita, yang sebelumnya lolos dari perhatian kita. St. Teresa Avilla mengatakan, "Di tempat di mana matahari masuk, tidak tidak ada debu yang tersembunyi."
3. Menginspirasikan metode terbaik tindakan kita terhadap sesama dalam hubungannya dengan hidup abadi.
Dengan karunia ini para pembimbing rohani menangkap keadaan jiwa yang dibimbingnya, kebutuhan rohani mereka, dan cara memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka. Para orang tua tahu bagaimana membina anak-anak mereka.
4. Melepaskan kita dari ikatan benda-benda duniawi.
Karunia pengenalan menginspirasikan para kudus (contohnya St. Yohanes dari Salib) mengenai perlunya kelepasan terhadap apa yang kita kagumi. Jiwa yang diterangi oleh karunia pengenalan melewati ciptaan-ciptaan supaya tidak terhambat dalam perjalanannya menuju Allah. Seluruh ciptaan itu kurang berharga bagi mereka yang telah mengalami Allah. Dalam terang karunia pengenalan, jiwa menemukan kekosongan dari benda-benda ciptaan, ketidakkekalannya, ketidakmampuan mereka untuk membuat kita sungguh-sungguh bahagia, dan bahayanya terhadap jiwa bila melekat kepada mereka.
5. Mengajar kita menggunakan benda-benda ciptaan dengan cara yang kudus.
Tentu saja benda-benda ciptaan adalah kosong bila dibandingkan dengan Allah, tetapi mereka dapat membawa kita kepada Tuhan bila kita menggunakannya secara tepat, yaitu untuk membangun Kerajaan Allah.
6. Memberikan "pandangan mata Allah" terhadap dunia.
Karunia pengenalan melihat semua hal dalam terang iman yang menempatkan semuanya dalam perspektif yang tepat, yaitu dari sudut pandang mata Allah dan bukan dari sudut pandang manusia. Contohnya: patah tulang karena terjatuh. Dari sudut pandang manusia, ini adalah kesialan/kemalangan. Namun, penderitaan ini menjadi lain bila kita melihatnya dalam iman yang diterangi oleh karunia pengenalan.
Ketika kita menderita, kita percaya bahwa dengan mempersembahkan penderitaan itu kepada Tuhan, kita ambil bagian dalam penderitaan Yesus. Sebagaimana penderitaan Yesus memiliki nilai penebusan (redemptive), begitu pula penderitaan kita, dalam Kristus, memiliki nilai penebusan. Kejadian itu juga harus membuat kita lebih berhati-hati menjaga diri kita.
7. Memberikan pikiran yang luas.
Karunia pengenalan memberikan pikiran yang luas bagi Gereja Katolik. Gereja Katolik menemukan misteri Ilahi dalam tempat dan situasi yang tidak terbatas. Gereja Katolik tidak membatasi Allah "hanya ada di sini" atau "hanya ada di sana", melainkan Allah ada di mana-mana. Karunia pengenalan memberitahukan kita bahwa kesucian tidak dapat dibatasi menjadi gedung tertentu (seperti gereja), jabatan tertentu (seperti paus), melainkan kesucian itu ada di mana-mana.
8. Membantu kita melihat kelimpahan kasih Allah.
Kalau kita merenungkan hidup kita, mungkin kita akan terkejut melihat betapa banyaknya kasih Allah yang telah diberikannya kepada kita, baik dalam hal-hal besar maupun yang kecil. Karunia pengenalan menyadarkan kita akan hal ini.
9. Memandang segala sesuatu dalam terang bagian kita dalam kebangkitan.
Karunia pengenalan mengakui hal-hal yang buruk (kadang sangat buruk) terjadi pada orang baik, tetapi ia memahami realitas yang jauh lebih besar. Karunia Pengenalan memandang segala sesuatu di dalam terang bagian kita dalam kebangkitan, kemenangan puncak kehidupan atas kematian, kemenangan kebaikan atas kejahatan, kemenangan keadilan atas ketidakadilan.
Persiapan Diri Untuk Menerima Karunia Pengenalan
a. Ingat akan keterbatasan benda-benda ciptaan.
Benda-benda ciptaan itu sangat berguna bagi kita, tetapi nilainya terbatas. Kita tidak boleh melekat pada benda-benda ciptaan.
b. Menggunakan benda-benda ciptaan untuk kemuliaan Allah.
Kita harus memanfaatkan benda-benda ciptaan demi pembangunan Kerajaan Allah.
c. Melawan dengan tegas roh dunia.
Dunia tidak mempedulikan segala hal kecuali menikmati benda-benda ciptaan, meletakkan semua kebahagiaannya pada mereka. Kita harus selalu waspada terhadap musuh yang berupaya mengalihkan pandangan kita dari Allah.
d. Mencoba melihat tangan Tuhan dalam semua kejadian dalam hidup kita.
Meskipun dalam banyak hal kita masih tidak mengerti hal-hal yang terjadi pada kita, kita mencoba melihat karya Allah yang indah dalam hidup kita.
e. Mengusahakan kesederhanaan hati, seperti anak kecil.
Hal ini akan menarik rahmat Allah dan Dia akan memberikan kita karunia-karunia yang kita perlukan.
VI. Karunia Roh Kesalehan (the Gift of Piety)
Manfaat:
Karunia kesalehan mendorong kita untuk lebih mencintai Tuhan, sesama, dan diri sendiri.
1. Karunia kesalehan memberikan kita hubungan yang erat dengan Allah.
Karunia kesalehan membimbing kita kepada keintiman dengan Allah yang penuh kasih, dengan Kristus yang bangkit, dengan Roh Kudus yang adalah sumber karunia ini. Jiwa mengerti secara sempurna kata-kata Paulus dalam Rm 8:15-16, "Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya ABBA, ya BAPA! Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah."
Jiwa menyerahkan dirinya sendiri dengan penuh kepercayaan kepada BapaSurgawi. Karenanya, ia memiliki kedamaian dan tidak diganggu oleh aneka hal. Jiwa patuh kepada kehendak Tuhan dan hanya mencari kemuliaan Tuhan. Jiwa ini berlari kepada Allah seperti seorang anak lari kepada bapanya.
2. Memampukan kita melihat bahwa sesama kita adalah anak-anak Allah dan saudara-saudari dalam Kristus.
Jiwa memberikan dirinya untuk karya-karya sosial bagi mereka yang malang, dan melayani orang lain untuk menyenangkan Allah; lihat 1 Kor 9:19-22.
3. Membantu kita untuk membangun komunitas atau Gereja.
Karunia kesalehan membantu kita untuk menghormati Allah sebagai Bapa. Kita harus memikirkan diri kita sendiri sebagai putera-puteri Allah. Karunia kesalehan menyadarkan kita bahwa kita adalah saudara-saudari dari Yesus Kristus. Jika kita adalah putera-puteri Allah dan saudara-saudari Kristus, kita harus juga menjadi saudara-saudari satu dengan yang lainnya. Kita tidak dapat berelasi satu sama lain secara benar kecuali kita berelasi dengan Tuhan secara benar; suatu relasi yang benar dengan Tuhan berarti membiarkan Karunia Kesalehan memimpin kita. Ini berarti bahwa suatu komunitas Kristen yang hidup bergantung pada karunia kesalehan.
4. Menggerakkan kita untuk mencintai semua orang dan benda-benda yang berhubungan dengan Allah.
Contohnya: mencintai Maria, para kudus, jiwa-jiwa di api penyucian, paus, Kitab Suci, dsb.
Persiapan Diri Untuk Menerima Karunia Kesalehan
a. Mengupayakan semangat anak Allah.
Kita harus berusaha melakukan semua hal demi cinta kepada Bapa
b. Mengupayakan semangat kekeluargaan universal terhadap semua manusia.
Kita harus meningkatkan cinta kita kepada semua orang. Kita semua adalah anak-anak Allah dan saudara-saudari Kristus. St Paulus mengatakan, "Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus" (Gal 3:28).
A kita.
c. Mempertimbangkan semua benda sebagai termasuk dalam rumah Allah.
Alam semesta yang diciptakan adalah benar-benar rumah Allah, dan semua benda di dalamnya adalah milik-Nya. St. Fansiskus dari Asisi adalah contoh orang yang dipimpin oleh Karunia Kesalehan. Jika orang hidup dengan kesadaran bahwa semua benda sebagai milik Allah, kesadaran ini akan membawa jiwa semakin bersatu dengan Allah.
d. Mengupayakan semangat penyerahan total kepada Allah.
Kita tidak akan mencapai semangat ini secara sempurna tanpa Karunia Kesalehan, tetapi kita harus mencoba mengupayakannya. Kita harus berusaha tidak peduli terhadap panjang atau pendeknya hidup kita, hiburan atau kekeringan dalam hidup rohani, dan banyak hal lainnya yang menyebabkan kita kuatir. Sikap dasar kita haruslah penyerahan total seperti anak kecil kepada kehendak Allah.
VII. Karunia Takut akan Tuhan (the Gift of Fear of the Lord)
Manfaat:
Karunia takut akan Tuhan membantu kita untuk menundukkan diri sendiri kepada Tuhan.
1. Perasaan yang hidup akan kemuliaan dan kesucian Tuhan yang menimbulkan dalam jiwa penyembahan yang mendalam, penuh hormat dan kerendahan hati.
Di hadapan keagungan Tuhan, jiwa merasa tidak berarti apa-apa. Seperti yang dikatakan oleh Kristus kepada St. Katarina dari Siena, "Katarina, engkau adalah dia yang tidak ada; Aku adalah Dia yang ada"; atau konsep semua dan ketiadaan dari St. Yohanes Salib. Karunia takut akan Tuhan memungkinkan kita untuk menyembah Tuhan, percaya & taat kepada Dia, serta mencintai-Nya. Karunia itu memungkinkan kita untuk bersukacita dalam kasih Tuhan dan menyerahkan diri kita sendiri kepada kasih Tuhan karena kita sadar bahwa kita ini hanyalah debu saja.
2. Kengerian terhadap dosa dan penyesalan akan dosa-dosa yang telah dilakukan.
Jiwa mengerti bahwa keadilan Ilahi akan menghukum dosa dalam hidup yang akan datang jika silih tidak dilakukan dalam hidup sekarang ini. Kengerian terhadap dosa merupakan bantuan yang berharga untuk menjauhkan kita dari dosa. Ingatan akan hukuman yang mengerikan yang Allah sediakan bagi mereka yang secara definitif menolak hukum-Nya adalah cukup untuk membuat kita lari dari dosa. Ibrani 10:31 mengatakan, "Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup." Maka, kita harus menghindari semua hal berbahaya yang membawa kita kepada dosa. Kita perlu memeriksa batin kita setiap hari dan ingat bahwa Yesus disalibkan sebagai kurban pendamaian bagi kejahatan dan dosa kita. Bila kita berdosa, kita membutuhkan sakramen rekonsiliasi.
3. Kewaspadaan untuk tidak menghina Allah.
Siapakah kita ini sehingga berani menghina Allah?
4. Membuat kita bijaksana.
Sirakh 1:16 mengatakan bahwa takut akan Tuhan adalah kepenuhan kebijaksanaan. Ams 9:10 menyatakan, "Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan."
5. Kelepasan dari semua benda-benda ciptaan.
Jiwa yang sadar akan kemuliaan Tuhan menyadari bahwa semua benda-benda ciptaan (kekayaan, kehormatan, kekuasaan, dan sebagainya) itu kosong. Jiwa kehilangan rasa kenikmatan akan dunia ini dan menemukan kepuasan dan kegembiraan hanya dalam hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan.
6. Agar keadaan kita baik.
Frasa "takut akan Tuhan" muncul lebih dari 100 x dalam Perjanjian Lama, tetapi hanya 2 x dalam Perjanjian Baru. Hal ini bukan berarti bahwa Allah Israel adalah Allah yang dingin, yang marah, yang jauh. Ulangan 10:12-13 menyangkal pendapat itu, "Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh Tuhan Allahmu, selain dari takut akan Tuhan, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada perintah dan ketetapan Tuhan yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu."
7. Memberikan pandangan yang seimbang tentang Allah.
Perjanjian Baru menunjukkan bahwa "takut", dalam arti ketat "teror", bukanlah suatu cara yang tepat untuk menjelaskan bagaimana semua murid Yesus berhubungan dengan Allah. Meskipun Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menggunakan frasa "takut akan Tuhan", frasa ini bukanlah berarti teror.
Tujuan "takut akan Tuhan" adalah membantu menimbulkan keseimbangan dalam hidup kita. Benar bahwa Allah adalah ABBA kita yang penuh kasih dan belaskasihan. Namun, gambaran (metafora) tunggal itu tidak pernah dapat menggambarkan Allah secara lengkap. Allah secara tanpa batas jauh melampaui semua konsep-konsep manusia. Perspektif Kristen adalah satu keseimbangan dari ketegangan antara Allah sebagai Misteri Ilahi dan Allah sebagai Bapa yang penuh kasih dan belas kasihan; keduanya ini adalah benar.
George P. Evans menulis bahwa dalam hidup rohani yang sehat, "takut akan Tuhan" itu mengalir dari kasih, dan bukan sebaliknya. Ini adalah suatu cara yang baik untuk mengerti keseimbangan yang kita perlukan untuk menuntun pengertian kita tentang siapakah Allah. Bagaimana kita mengerti dan menghidupi iman kita dalam setiap aspek kehidupan tergantung dari pandangan ini. Salah satu tujuan karunia "takut akan Tuhan" adalah menyeimbangkan pandangan bahwa Allah itu dekat (imanen atau hadir dalam ciptaan) dan pandangan bahwa Allah itu jauh di sana (transenden).
7. Mengingatkan kita bahwa Allah itu melampaui pemahaman manusia.
Frasa "takut dan gentar" mengingatkan kita akan kata-kata Paulus, "Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar," (Flp 2:12). Paulus memberikan keseimbangan bagi sisi lain dari timbangan, mengingatkan kita bahwa Allah itu melampaui semua gambaran, bahwa Allah tidak dapat dipahami secara lengkap. St Tomas Aquinas menyatakan bahwa hal pertama yang kita harus katakan tentang Allah ialah bahwa kita tidak dapat mengatakan apa pun tentang Allah.
Persiapan Diri Untuk Menerima Karunia Takut akan Tuhan
a. Sering bermeditasi tentang kemuliaan Allah yang hebat
b. Membiasakan diri sendiri untuk berbicara dengan Allah dengan penuh hormat
c. Sering bermeditasi tentang kengerian dosa yang membawa kematian
d. Lemah lembut dan rendah hati dengan sesame, tidak mengadili sesama
TUHAN Memberkati
No comments:
Post a Comment