Setiap kita tentu membutuhkan seorang sahabat dalam hidup. Seorang untuk berbagi yang mengerti dan menerima kita apa adanya. Pada kenyataannya, ndak mudah untuk menemukannya.
Kurang lebih dua ribu tahun yang lalu, Allah, secara nyata dalam pribadi Yesus Kristus telah berkenan memperkenalkan dan menyediakan diri-Nya menjadi sahabat sejati bagi anda dan saya, saat ini dan selamanya. Saat menerima-Nya kita sungguh telah memiliki-Nya benar-benar sebagai seorang sahabat. Walaupun begitu, kadangkala, tanpa kita sadari, kita tidak berani memperlakukan-Nya sebagai sahabat dalam hidup kita secara nyata. Kerap kali dalam ibadat-ibadat, kita memang mengakui dan memuji-Nya sebagai sahabat terbaik kita, tetapi yang terjadi setelah keluar dari ruang ibadat, apakah kita tetap menganggap dan memperlakukan Yesus sungguh sebagai sahabat dalam kehidupan sehari-hari kita? Apakah kita sanggup menjadi sahabat yang baik bagi-Nya?
Seringkali, tanpa sadar, kita tidak peka untuk memperlakukan-Nya sebagai sahabat kita dalam diri sesama. Saat kita berinteraksi dengan orang lain, justru adalah saat pembuktian seberapa berartinya Yesus bagi kita. Sungguhkah kita menganggap dan memperlakukan Dia sebagai sahabat kita?
Allah dalam Yesus telah menjadi teladan bagaimana seharusnya menjadi seorang sahabat sejati. Dia telah menyediakan diri-Nya sepenuh-penuhnya menjadi sahabat kita. Sesungguhnya, menjadi pengikut-Nya tentu berarti dituntut untuk mengikuti teladan-Nya. Menjadi sahabat bagi sesama kita.
Dalam hidup-Nya di dunia, ada beberapa poin penting yang sejatinya memang dimiliki oleh seorang sahabat.
Pertama, Yesus mencintai kita apa adanya. Dia mencintai kita sebagaimana adanya kita. Cinta-Nya terhadap kita tidak tergantung sikap atau apapun yang kita lakukan dalam hidup kita. Bagaimanapun keadaan kita, menjadi seperti apapun yang kita inginkan, tidak pernah merubah cinta-Nya kepada kita. Dia tidak pernah berhenti mencintai kita lebih dari seorang ibu yang kita percayai mencintai kita apa adanya.
"...Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibr.13:5b)
Begitupun seharusnya sikap kita terhadap sesama. Salah satu cara menjadi sahabat bagi Yesus adalah melalui sesama kita. Dia menghendaki kita mencintai-Nya dengan jalan mencintai sesama, tentu dengan cara yang sama - apa adanya!
"Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu." (Yoh. 15:12)
"Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Mat. 25:40)
Kongkretnya, terlepas masing-masing kita memiliki cara yang berbeda dalam mencintai, kita diminta memberikan yang terbaik bagi sesama kita, seperti apa yang telah Yesus lakukan bagi kita. Dia bahkan telah menyerahkan nyawa-Nya bagi kita.
Kedua, Yesus menerima kita apa adanya. Tidak peduli bagaimanapun anda dan saya, Dia tetap mengasihi kita. Kita tidak perlu berpura-pura di hadapan-Nya untuk bisa diterima dan dicintai oleh-Nya. Seorang sahabat sejati tidak akan pernah meninggalkan kita, walaupun dia tahu keburukan dan sifat-sifat jelek yang kita miliki. Dia menunjukkan, sebagai seorang sahabat selalu setia memberikan diri-Nya di setiap kesempatan, baik di saat senang maupun susah. Kita bisa selalu jujur dan berbagi dengannya, bicara apa adanya dengan nyaman tanpa takut ditolak. Kitapun dituntut seperti Dia, mengimplikasikan sabda-Nya di dunia kita saat ini. Kalau saat ini kita masih memiliki orang sesuai kualifikasi yang kita tentukan untuk menjadi sahabat kita, mari kita bercermin pada Yesus. Mulai berani memperlakukan semua orang di sekitar kita tanpa diskriminasi dan menjadikan mereka sahabat-sahabat kita. Merangkul orang-orang yg tersisihkan untuk kita kasihi. Karena apapun yang kita lakukan terhadap saudara-Nya, apalagi yang paling hina, kita lakukan itu untuk Dia.
Ketiga, Yesus jujur, transparan, terbuka dan bisa dipercaya. Yesus adalah sosok yang selalu terbuka dan jujur terhadap sahabat-sahabat-Nya. Dia tidak pernah menutup-nutupi sesuatu di hadapan mereka. Dia berani mengungkapkan perasaan dan pikiran-Nya secara gamblang terhadap para sahabat-Nya. Dia berani menegur mereka, di saat mereka kurang percaya atau berbuat salah. Karena Dia menginginkan yang terbaik bagi sahabat-Nya. Dia berbagi segalanya dengan mereka, apa adanya.
Kitapun dituntut untuk menjadi seperti Dia dalam relasi kita dengan sesama, mengungkapkan segalanya secara terbuka dan transparan, apa adanya.
Keempat, Yesus mendorong kita untuk mempunyai hubungan kasih dengan sesama. Dalam Yoh. 15:12, Dia meminta kita untuk mencintai sesama seperti Dia mencintai kita dalam tindakan kongkret, tidak hanya melalui pujian dan penyembahan kita kepada-Nya, tetapi juga implikasi nyatanya terhadap sesama. Ibu Theresa dari Kalkuta telah menjadi teladan bagi kita bagaimna cara yang tepat untuk mencintai-Nya, yakni dalam sesama kita.
Kelima, Yesus mengerti kebutuhan dan keinginan kita. Seorang sahabat selalu mencari cara untuk mengekspresikan kasihnya dan memahami keinginan dan kebutuhan kita. Yesus melakukan itu. Dia melakukan hal-hal kecil yang sangat besar artinya dalam persahabatan, seperti makan bersama mereka, mendengarkan keluh kesah dan cerita mereka, dan yang terbesar adalah memberikan hikmat yang besar kepada mereka untuk mengerti ajaran-ajaran-Nya. Dia menjadi sosok pendengar dan penghibur yang baik yang pernah ada. Dengan mendengarkan, seorang sahabat mengungkapkan bahwa Dia memperhatikan dan perduli dengan kita, tidak cuek atau malah sibuk dengan diri sendiri. Dia selalu memberi respon yang baik sesudahnya. Dia menunjukkansikap seorang sahabat yang seharusnya.Ini juga berlaku bagi kita, sahabat-sahabat-Nya, kini dan selamanya.
Saat Dia bertanya pada Thomas soal pernyataan cinta kepada-Nya, lagi-lagi apa yg Dia minta sebagai bukti berhubungan dengan soal sesama, yakni untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Hal yg sama diminta dari setiap kita, membuktikan cinta dalam tindakan nyata. Senantiasa berusaha mengungkapkan kasih kita dengan nyata. Mencoba untuk memahami orang lain dan memberikan kepada mereka apapun yang bisa kita berikan.
Keenam, Yesus adalah pemberi inspirasi untuk menjadikan kita yang terbaik yang kita mampu. Dalam keterbatasan-Nya sebagai manusia, Yesus meneladankan bagaimana bersikap hidup baik di hadapan Allah. Seluruh perbuatan-Nya selalu memberikan inspirasi bagi para murid-Nya, mendorong mereka untuk menjadi yang terbaik yang mereka mampu. Mengubahkan mereka dari orang yg tidak percaya, menjadi percaya. Mengubahkan mereka menjadi lebih baik dari mereka awalnya.
Semoga setiap kita - dengan memohon kekuatan kasih dan rahmat-Nya - mampu meneladani-Nya dalam mengasihi sesama kita. Amin.
No comments:
Post a Comment