My photo
Tangerang, Banten, Indonesia

Blog Archive


Thursday, July 06, 2006

Spiritualitas

Apa itu spiritualitas? Spiritualitas bukan agama atau keberagamaan. Perilaku beragama seperti berdoa, membaca kitab suci, pergi ke tempat ibadah dan menaati ajaran agama tidak selalu identik dengan spiritualitas.

Spiritualitas juga bukan upaya menyucikan diri dan menjauh dari dunia. Spiritualitas tidak identik dengan bertapa, berpuasa atau berziarah.

Spiritualitas juga bukan perilaku hiper-religius seperti berteriak-teriak dan menari-nari secara histeris atau jatuh dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Yang pasti spiritualitas bukanlah beragama secara fanatik dengan menganggap agama sebagai sesuatu yang perlu dibela dan diperjuangkan. Spiritualitas juga bukan berarti beragama secara ekstrim dengan menonjolkan lambang-lambang keagamaan seperti kekuasaan dan peraturan dan lambang seperti bendera dan busana. Spiritualitas bertolak belakang dengan perilaku seperti itu.

Semua contoh perilaku itu menunjuk pada yang lahiriah dan melembaga. Padahal spiritualitas tidak bisa dilihat dan tidak melembaga. Agama merupakan lembaga yang mempunyai pemimpin dan pengikut serta ajaran dan pengaturan. Padahal spiritualitas tidak mempunyai pemimpin dan keanggotaan atau ajaran dan aturan.

Kalau begitu apa itu spiritualitas? Spiritualitas adalah riak getaran hati yang halus atau cita rasa yang halus tentang Yang Ilahi, yang terdapat dalam hati sanubari seseorang. Spiritualitas adalah riak getaran insani yang timbul karena merasakan sentuhan halus dari Yang Ilahi. Harper’s Encyclopdia of Religious Education merumuskan sebagai “sense of relatedness to that which is beyond the self approachable.”

Spiritualitas tidak terikat pada sebuah agama tertentu. Tidak ada spiritualitas agama ini atau agama itu. Spiritualitas bersifat universal, sebab ia adalah perasaan yang bisa timbul pada tiap orang yang sedang menyadari dirinya sebagai makhluk yang disapa Sang Khalik.

Apakah itu berarti spiritualitas tidak memerlukan agama? Bukan begitu maksudnya. Spiritualitas adalah getaran hati yang religius atau cita rasa religius. Getaran itu terjadi pada lahan perasaan keagamaan yang dianut orang yang bersangkutan.

Mau tidak mau agama memerlukan hal-hal yang kelihatan, seperti kelembagaan, ritus, ajaran, peraturan, dan sebagainya. Padahal spiritualitas tidak memerlukan hal-hal itu.

Perbedaan itu bukan berarti bahwa agama dan spiritualitas saling bertolak belakang. Spiritualitas bukan lawan atau pengganti agama, melainkan sebuah unsur untuk agama. Tanpa spiritualitas, maka hidup keberagamaan kita hanya terikat pada hal-hal lahiriah belaka.

Cobalah kita mawas diri, apakah ibadah kita lebih b anyak terkait dengan hal-hal yang rohani ataukah jasmani dan bendawi? Ibadah sepatutnya lebih terkait pada aspek rohani.

Agaknya itulah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus dalam ucapan-Nya kepada wanita Samaria. Sama seperti semua agama lain, agama Samaria juga terkait pada banyak urusan jasmani dan bendawi; kitab suci adalah Taurat, tempat suci adalah Gunung Gerizim, dan sebagainya. Tetapi Yesus berkata: “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (Yoh. 4:24).

Itulah spiritualitas. Spiritualitas mengingatkan kita bahwa Allah berupa Roh dan bahwa Allah itu halus (salah satu arti kata “halus” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: “tidak tampak dan tidak dapat diraba; berupa roh”). Karena Allah itu halus, sepatutnya perilaku keagamaan kita pun halus.

Bagaimanakah kita artikan keberagamaan yang halus? Cobalah kita pikir. Apakah patut ktia mengungkapkan agama dengan teriakan, bentakan, kepalan tinju apalagi dengan mengacungkan pedang? Apakah patut kita mengidentikan agama dengan sebuah partai politik? Apakah patut kita menyamakan agama dengan benda atau busana? Bukankah itu adalah jasad? (KBBI: jasad adalah “sesuatu yang berwujud, dapat diraba, dilihat”). Padahal Allah bukan hanya tidak berjasad dalam wujud yang sebenarnya, melainkan halus. Sebab itu, sepantasnyalah kepercayaan dan kedekatan kita kepada Allah dapat terungkap secara halus pula.

Spiritualitas adalah riak getaran atau riak gelombang yang halus. Lihatlah kolam air yang teduh ketika tersentuh oleh batu. Air di kolam itu tergetar. Timbullah getaran air yang mengombak secara halus dan melingkar di permukaan air. Kian luas lingkaran, kian halus getarannya. Demikian pula hati manusia. Ketika ia tersentuh oleh kehadiran Yang Ilahi, timbullah riak getaran hati untuk menyembah Dia. Kian luas kian halus ungkapannya. Halus. Allah itu halus, maka ungkapan sembah kepada-Nya pun halus. Sungguh halus! Itulah spiritualitas.

-------------------------
Disadur dari Selamat Berkembang, Andar Ismail, BPK Gunung Mulia, 2005.

1 comment:

cKAja said...

that was great content. thanks